Tristan
Hari ini saya dapet cerita dari temen saya, kalo dia hobi mandiin anak kecil. Nah lho, ngapain juga mandiin anak kecil?!?! Apakah teman saya ini pedophil?!?! Ternyata bukan…
Jadi, ceritanya, dia akrab banget sm anak kecil itu. Pas saya tanya kenapa kok bisa akrab, ternyata temen saya ini sebenernya kasihan. Nah, karena kasihan itu, dia jadi sering ngajak main si anak kecil itu, termasuk mandiin.
Bukan, anak kecil itu bukan bolang, dia punya nama: Tristan.
Tristan belum sekolah, umurnya kurang lebih 3 tahun.
Apa yang bikin temen saya ini kasihan?!?! Ternyata, Tristan ditelantarkan oleh orangtuanya. Bapak Ibunya adalah Tuan dan Nyonya Toyib yang gak pulang-pulang. Ibunya gak tau dimana, begitu pula ayahnya. Mereka lebih mementingkan karier. Tristan hanya dikirimi uang melalui wesel (halah, emang masih ada ya?!)
Lalu, saya minta fotonya Tristan. Hemh, langsung hati saya berdesir. Saya bersyukur punya orang tua yang ada di samping saya, selalu mendoakan saya, dan memberi saya makanan lahir maupun batin berupa menu 4 sehat 5 sempurna dan kasih sayang.
Karena mendengar kisah Tristan, saya merasa materi dan jabatan tidak begitu penting. Yang penting adalah kebahagiaan, kebersamaan, kasih sayang. Begitu pentingnya seorang anak, sampai-sampai Nabi Muhammad memasukkan doa anak sebagai amal jariyah yang dapat menembus alam dunia fana dengan alam akhirat, tidak bisa terputus meski dipisahkan oleh kematian.
“Tristan, semoga kamu selalu bahagia bersama teman-temanmu. Semoga orangtuamu segera pulang untukmu.”
Malam ini, saya berdoa, supaya tidak ada Tristan yang lain di bumi ini. Hewan saja selalu menemani anaknya sampai anaknya bisa mencari makan sendiri. Manusia sebagai makhluk yang sempurna seharusnya bisa lebih dari itu, bisa bersinergi dan menciptakan keindahan dunia dengan kasih sayang, tidak terbuai kilauan materi dan jabatan yang fana.
Komentar
Posting Komentar