Otak Gua Dimanaaaa?!?!?!
Posting Keempat… .
Setelah menjalani hari yang melelahkan, yaitu PP Malang – Surabaya   selama dua hari berturut-turut, saya merasakan kelelahan fisik dan mental. Kelelahan fisik karena menyetir, dan mental yang terkuras karena dua hal, yaitu psikotest dan MACET!
Kalau pembaca sekalian ada yang berdomisili di Surabaya dan mendengarkan berita di Radio Suara Surabaya (SS), mungkin tahu bahwa Hari Jumat yang lalu (4 Maret) terjadi kemacetan yang luar biasa di Kota Surabaya dan sekitarnya. Saya sendiri, termasuk menjadi korban kemacetan parah itu. Saat itu, saya berencana melalui jalur dalam kota untuk pulang ke Malang, yaitu mulai daerah Stasiun Gubeng, terus ke selatan, melalui Jalan Ahmad Yani (Jatim Expo). Butuh waktu sekitar tiga jam untuk perjalanan 'hanya' dari Gubeng ke Jatim Expo. Dengan setengah sabar (artinya juga setengah emosi), saya mendengarkan beberapa kabar dari SS tentang kemacetan yang terjadi hampir di seluruh jalur Kota Surabaya, mulai pusat kota, Jemursari, Tol Perak, Bunderan Satelit, Waru, bahkan Medaeng – Bungurasih. Saya pun, kehabisan alternatif berpindah ke jalur lain untuk menghindari kemacetan. Bahkan, kabarnya, malam itu sampai ada ribuan penumpang yang terlantar di terminal karena banyak bus yang terjebak kemacetan. Artinya, tidak ada bus yang berhasil masuk ke terminal! Apa jadinya terminal tanpa bus???? Ganti nama jadi pasar kali yeee?!
Ternyata, kemacetan parah itu terjadi murni karena volume kendaraan yang sangat sangat padat!!!
Ya oloooohhh…. (-_-“)
Setiap kali macet, maka pada saat itu pula terlintas pertanyaan di benak saya, “Kapan di negeri ini ada fasilitas kendaraan umum yang memadai, tepat waktu, aman, nyaman, dan tertib??? Jadi masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi.”
Setidaknya, dengan adanya fasilitas kendaraan umum yang memadai, akan ada beberapa keuntungan bagi negeri ini, seperti :
- Menghemat belanja negara, karena konsumsi      BBM bersubsidi akan berkurang. Masyarakat lebih memilih untuk beraktifitas      dengan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi;
 - Dengan masyarakat memilih menggunakan      kendaraan umum, seperti busway di Jakarta atau subway di negara      maju, kemacetan terurai, maka efisiensi waktu produktif akan lebih optimal,      dan otomatis membuat laju perekonomian lebih tinggi;
 - Membuka lapangan kerja baru bagi      warga negara karena fasilitas umum tersebut pasti membutuhkan armada SDM untuk      menjalankan aktifitas operasionalnya;
 - Tingkat polusi sangat berkurang,      karena kendaraan pribadi mulai jarang;
 - Pariwisata meningkat, karena wisatawan tidak takut tersesat jika berwisata ke Indonesia.
 
Pasti ada juga yang kontra dengan pendapat saya ini, seperti para produsen kendaraan pribadi (mobil dan motor). Tapi itulah konsekwensi dari sebuah kebijakan, pasti ada yang pro dan kontra. Tapi, jika manfaat dan mudharat dihitung-hitung, sepertinya akan lebih baik jika ada kendaraan umum yang memadai. 
Mungkin adanya busway di Jakarta bisa jadi contoh, meski masih ada juga kekurangannya (kadang menimbulkan kecelakaan dan untuk sementara belum mampu mengurai kemacetan Jakarta). Tapi busway mampu mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih memilih fasilitas umum. Bisakah Anda bayangkan jika di Jakarta belum ada busway?!?!?!
Namun, saya heran, tidak ada satupun dari ribuan janji para caleg, cabup, cawali, cagub, bahkan capres, untuk memberikan fasilitas kendaraan umum yang baik.  Umumnya, janji-janji masih berupa kebijakan normatif seperti : ”Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, ”Bantuan Pendidikan”, ”Kesehatan Gratis”, dan ”Beras Murah”.
Memang, sepertinya susah untuk mewujudkan fasilitas kendaraan umum yang memadai di negeri ini. Dari percakapan imajiner dengan seorang pemimpin, saya seperti menemukan titik permasalahannya. Percakapan itu kurang lebih seperti ini:
Saya                :       ”Pak Pemimpin, kapan kami bisa menikmati fasilitas kendaraan  umum yang memadai??? Tidak adakah wacana untuk memberikan fasilitas itu di wilayah yang Anda pimpin ini????”
Pak Pemimpin  :       ”Ohh, jelas ada. Saya sempat memikirkannya sewaktu saya kampanye.”
Saya                 :      ”Sekarang Bapak telah memenangkan pemilihan itu. Tinggal mewujudkannya, bukan?!?!”
Pak Pemimpin (yang mulai alay) menimpali panjang lebar :
”Maksud Looohhh?!?!?! Lo pikir bangun fasilitas umum itu gampang?!?!?! Para pemimpin kita sebelumnya telah ngebuktiin gimana susahnya bikin rel kereta api. Lo tau, kita cuma manfaatin dan tambal sulam rel kereta api yang diwariskan oleh Meneer Belanda. Itu baru masalah rel, belum yang lain... . Sedangkan gua, hanya punya waktu lima taun buat nepatin janji gua ke kolega dan partai gua. Belum ada waktu untuk membangun fasilitas umum itu... . Belum tentu juga 5 taun ke depan gua terpilih lagi jadi pemimpin... Lo tau kan maksud  gua... ?!?! Otak lo dimanaaa???!?!?!”
Saya pun membisu dan tersadar, "Oh iya ya?!?! Otak gua dimanaaa?!?!?!???" 
@#$%^&*(%  
(-__-")

Komentar
Posting Komentar