2 Days Backpack to Singapore (part 2)

Hari Kedua, Minggu, 31 Juli 2011


Yang belum baca Part 1, silahkan klik disini.


Alhamdulillah… Pagi ini saya bangun dengan segar bugar. Siap untuk memulai aktifitas… .
Setelah mandi, saya langsung ambil sarapan di lobby hostel. Alhamdulillah dapet breakfast dan fasilitas internet gratis. Sarapan di hostel menyediakan menu roti tawar dan beberapa pilihan selai. Ada juga teh dan kopi panas sebagai pelengkap. Nendang banget! Mak Nyusss!
IMG02407-20110731-0846
Setelah makan, kita harus mencuci sendiri peralatan makan dan membuang sampah makanan (jika ada). Begitulah aturan tidak tertulis sebagai tamu hostel.
Setelah sarapan, saya cek persiapan saya, jangan sampai ada yang ketinggalan, terutama paspor dan smartphone untuk mengabadikan momen backpacker saya di hari kedua ini. Perjalanan hari ini saya rencanakan untuk mengunjungi tempat-tempat sebagai berikut:
1. Museum, ada dua pilihan yang recommended, yaitu National Museum of Singapore (NMS) dan Asian Civilizations Museum (ACM). NMS fokus untuk mengenal sejarah Singapura, sedangkan ACM berfokus untuk mengenal budaya dan ciri khas bangsa Asia. Untuk trip kali ini, saya lebih tertarik untuk mengunjungi NMS, karena saya ingin tahu bagaimana Singapura mengelola sejarah negerinya dan bercerita kepada turis via museum.
2. Orchard Road,
3. Perpustakaan, dan
4. Jurong Birds Park.
***
Berhubung waktu yang terbatas, mungkin saya harus mengorbankan salah satu dari empat tujuan tersebut. Akhirnya yang saya korbankan adalah Jurong Birds Park, karena untuk mengeksplorasi taman tersebut dibutuhkan waktu sehari penuh.
Berangkaaaattt!!! See U again, Fern Loft Hostel!
IMG02412-20110731-0927
Perjalanan dari Fern Loft Hostel (Jl. Besar Singapura) menuju National Museum of Singapore ditempuh dengan LRT nomor 65. Lalu turun di halte Orchard Road. Dari halte Orchard Road itu, ada 2 pilihan tujuan buat saya, yaitu NMS atau Kompleks Mall di Orchard Road atau NMS. Akhirnya, saya memutuskan untuk pergi ke NMS dulu.
National Museum of Singapore
National Museum of Singapore cukup mudah untuk ditemukan karena bentuk bangunannya yang besar dengan artistik klasik. Meski perlu jalan kaki menuju kesana, tapi tidak terasa capek karena banyaknya pohon di sepanjang jalan.
 IMG02432-20110731-1009 IMG02426-20110731-1008
Untuk masuk ke NMS, saya harus mengeluarkan biaya 10 SIN $.
Dibandingkan dengan museum di Indonesia, NMS ini jauh lebih besar. Bahkan, luas museum di Singapura setara dengan mall di Indonesia. Salut buat Singapura yang meski memiliki tanah terbatas namun masih bisa memberi kuota yang besar untuk museumnya.
IMG02437-20110731-1017 IMG02436-20110731-1016
Setelah membeli tiket masuk, pengunjung diberi denah untuk memilih gallery yang ingin dijelajahi. Untuk tujuan pertama, saya pilih galeri History of Singapore.
Pintu masuk ke galeri History of Singapore berbentuk tabung yang tertutup oleh tirai putih. Di pintu masuk galeri, pengunjung diberi semacam headphone set yang berfungsi sebagai electronic guide.
IMG02454-20110731-1024
Begitu saya masuk ke tabung bertirai putih tersebut, ternyata di dalamnya berisi tentang potret aktifitas harian penduduk Singapura yang dikemas dengan slide raksasa yang mengisi seluruh ruangan dan diiringi musik orchestra apik pembangkit semangat. Di electronic guide, saya tinggal menekan tombol angka 1 (sesuai petunjuk di ruangan) dan tombol “GO”, lalu ada keterangan tentang kegiatan tersebut.
IMG02439-20110731-1021 IMG02444-20110731-1022
IMG02455-20110731-1025 IMG02457-20110731-1025
Selama beberapa menit menikmati tayangan film dan musik tersebut, saya diliputi keheranan. Sebenarnya film itu sederhana, tapi dikemas secara apik dan bernilai tinggi. That’s Singapore!
Setelah puas menikmati tayangan tersebut, saya berjalan ke pintu selanjutnya. Jalur selanjutnya adalah lorong yang menuju basement NMS.
IMG02458-20110731-1028 IMG02463-20110731-1029
Sambil berjalan menuju ruang basement, si headphone itu berkenalan dengan saya, “Hai.. Nama saya.. (lupa)… Selamat datang di National Museum of Singapore. Saya akan menemani Anda selama berada di museum ini. Ketika memasuki ruangan, tekanlah tombol yang tertera untuk mendapatkan petunjuk. Mari kita mulai perjalanan kali ini” –Well, obrolan tersebut tentunya dalam Bahasa Inggris--
Setelah melewati lorong spiral menuju basement, bertemulah saya dengan pintu masuk sejarah Singapura, lebih tepatnya pintu nomor 3.
IMG02467-20110731-1031 IMG02466-20110731-1031
Pintu pertama ini memulai sejarah dengan cerita Singapore Stone. Saya pun tidak kesulitan menemukan tentang informasi tentangnya, karena saya punya si headphone.
IMG02465-20110731-1030 IMG02468-20110731-1031
Sejak berada di lantai basement tersebut, saya merasa melampaui dimensi waktu dan kembali ke masa lalu untuk menyaksikan sejarah Singapura. Mulai cerita tentang Singapore Stone, Bukit Larangan, The River Settlement, hingga berlabuhnya kapal Sir Stamford Raffles di Singapura.
IMG02473-20110731-1032 The Singapore Stone
IMG02477-20110731-1036  Sir Stamford Raffles, sang penemu Singapura
Setelah menjelajahi area sejarah ditemukannya Singapura, lalu ada keterangan untuk memilih apakah akan memasuki zona events atau zona personal.
IMG02514-20110731-1110
Awalnya saya kurang paham dengan petunjuk arah tersebut, namun setelah saya membandingkannya, ternyata, Events Path menceritakan tentang peristiwa dan budaya penting tentang Singapura. Nah, kalau Personal Path, menceritakan tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah Singapura.
Beberapa Cerita di Events Path antara lain tentang masa penjajahan, masa kemerdekaan, pemilu, dan masa-masa Singapura menuju modernisasi.
IMG02515-20110731-1111 IMG02518-20110731-1118
IMG02490-20110731-1054 Seragam tentara SingapuraIMG02519-20110731-1120
Era Modernisasi IMG02530-20110731-1131
Saya sebagai WNI, jadi ikut bangga dengan Singapura! Sebenarnya hanya melalui museum, tapi aura semangatnya untuk maju membuat saya termotivasi dan kagum dengan semangat kerja para warga negaranya.
Lalu, saya kembali lagi ke persimpangan antara events path dan personal path. Di Personal Path, menceritakan tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh di sejarah Singapura. Contohnya adalah pejuang pendidikan bagi anak-anak pribumi Melayu yang bernama Eunos Abdullah. Lalu ada pelopor pebisnis wanita yang bernama May Wong. Selain itu, ada juga tokoh lain seperti peramal, buruh, terpidana mati pertama, ekonom, hingga penari terkenal.
IMG02512-20110731-1107 IMG02493-20110731-1055
IMG02496-20110731-1057
Sepertinya, sehari penuh tidak akan cukup untuk mengelilingi galeri History of Singapore. Hampir semua yang ada di musium tersebut dikemas secara apik. Namun, diantara yang bagus-bagus itu, saya sangat menyukai pidato-pidato Lee Kuan Yew yang berisi motivasi dan semangat untuk warganya supaya maju, ulet, tidak malas, gigih, tidak minder, percaya diri, dan motivasi lainnya. Tidak sekedar pidato, di museum tersebut juga digambarkan betapa seriusnya pemerintah Singapura dalam rangka memfasilitasi rakyatnya yang rajin dan pandai, sehingga ada simbiosis mutualisme antara pemerintah dan rakyat Singapura.
IMG02520-20110731-1120 IMG02528-20110731-1127 leekuanyew-memoirs
Masa-masa industrialisasi adalah zona terakhir yang ada di Galeri History of Singapore. Selanjutnya, saya mengembalikan headphone guide dan menuju pintu keluar galeri untuk menuju galeri lainnya. Kembali ke kenyataan.
Fiuuuh! Museum NMS ini benar-benar seperti mesin waktu, selama beberapa waktu saya serasa kembali ke masa lalu, ikut merasakan penemuan Singapura hingga masa industrialisasinya.
Terkejutlah saya, karena baru menyadari bahwa saya telah berada 3,5 jam di galeri tersebut. Padahal saya sudah mempercepat jalan saya. Ckckckckck!!! Singapore.. oh.. Singapore…
Setelah melewati pintu keluar, ternyata ada lagi yang membuat saya takjub. Disitu masih berisi cerita lain tentang Singapura, kali ini dengan tema “Singapura Saat Ini dan Akan Datang”.
IMG02545-20110731-1141
Lain dengan yang ada di basement yang gelap, pencahayaan di zona “Singapura Saat Ini dan Akan Datang” terang benderang, mungkin untuk membawa aura yang “cerah” bagi kehidupan Singapura saat ini.
Zona ini berisi tentang pencapaian Singapura di bidang industri dan teknologi, lalu ada film yang diputar mengenai testimoni dan penjelasan tentang arah dan strategi Singapura ke depan. Testimoni tersebut antara lain dari seorang teknokrat, peneliti, ekonom, dosen, birokrat, hingga penerima beasiswa di berbagai ilmu. Supaya tidak berisik, para pengunjung hanya bisa mendengarkan testimoni mereka hanya melaui headset yang telah disediakan.
IMG02541-20110731-1141 IMG02543-20110731-1141
IMG02551-20110731-1147 IMG02554-20110731-1152
IMG02546-20110731-1142
Ada juga testimoni dari anak-anak kecil yang merupakan generasi penerus dari Singapura. Mereka hanya mengungkapkan cita-cita mereka sekaligus memajukan Singapura. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, pembuat pesawat, penulis, guru, ahli IT, astronot, antropolog, hingga kartunis. Sungguh menyentuh!!! Saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya kepada Singapura.
Setelah mengunjungi galeri tersebut, ada galeri lain yang menarik, yaitu:
1. Galeri Kuliner
Galeri ini berisi tentang makanan – makanan khas dari Singapura. termasuk film cara pembuatannya. Sebenarnya mirip dengan acara masak-memasak, namun dikemas secara apik dan menarik.
2. Galeri Film dan Wayang
Galeri ini berisi tentang sejarah film dan kesenian wayang di Singapura. Meskipun mirip dengan yang dimiliki Indonesia, namun menurut saya Singapura sangat berhati-hati, tidak sekedar menjiplak dari Indonesia. Mereka hanya benar-benar menceritakan tentang film dan pertunjukan pantoret, bukan wayang golek atau wayang kulit khas Indonesia.
3. Galeri Fashion
Galeri ini berisi tentang perkembangan fashion di Singapura. Sebagai pengamat awam, dunia fashion di Singapura adalah perpaduan antara kain dari Indonesia dan India.
Selesai mengunjungi galeri-galeri tersebut, saya beristirahat sejenak di kursi yang telah disediakan di beberapa tempat. Saya melihat ada seorang laki-laki paruh baya yang sibuk mengadakan wawancara dengan para pengunjung, termasuk saya. Ternyata laki-laki tersebut adalah petugas survey yang ingin mendapatkan masukan dan nilai untuk perbaikan museum di masa yang akan datang. Beliau sekaligus memberikan informasi tentang museum-museum lain yang bisa kami kunjungi, sekaligus cara menuju masing-masing museum tersebut.
IMG02548-20110731-1146
Selesai mengisi kuesioner, saya pun diberi kenang-kenangan sebuah pena. Meskipun sederhana dan hanya bertuliskan “National Heritage Board”, namun saya sangat senang dengan pemberian tersebut, terlebih karena saya emang suka nulis sih… Hehehe!
IMG02660-20110731-1601
Sewaktu menuju ke pintu keluar museum, saya diantar oleh seorang petugas yang ramah. Lalu saya menanyakan rute untuk menuju Orchard Road. Dia pun menjelaskan dengan detail.
Masya Allah… Inilah yang namanya r-a-m-a-h… :)
I Love Museum!!!!
Waktu menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat. Sepertinya tidak mungkin sisa waktu hari ini saya gunakan untuk mengunjungi Orchard Road dan Perpustakaan sekaligus, karena malam ini saya harus pulang ke Indonesia. Saya harus memilih salah satu saja. Maka, kali ini saya hanya akan pergi ke Orchard Road. Kata para turis, belum ke Singapura kalau belum ke Orchard Road… =)
Tujuan lain ke Orchard Road adalah mengisi perut. Lapar euy!!! Hehehee!
Namun, untuk menghemat biaya, mending saya makan berat nanti malam saja di Batam. Rencana makan saya di Orchard Road adalah membeli uncle ice cream yang terkenal itu. Hahaha!
Uncle Ice Cream bukanlah es krim istimewa. Itu adalah es krim seharga 1 dolar yang dijual oleh bapak-bapak tua di sekitar Orchard Road. Yang membuatnya terkenal adalah ‘selalu diceritakan’ oleh orang Indonesia yang pergi kesana… Keinginan saya pun terwujud. Tak lama setelah memasuki Orchard Road, saya melihat pangkalan Uncle Ice Cream.. Hmmm, yummyyy!!!
 IMG02628-20110731-1334 IMG02630-20110731-1339
IMG02632-20110731-1346 IMG02636-20110731-1348
Setelah beristirahat dan makan es krim sambil menikmati suasana belanja di Orchard Road, saya menuju stasiun MRT China Town untuk membeli oleh-oleh bagi teman-teman saya di Batam. Setelah itu, saya langsung menuju Stasiun MRT Harbour Front untuk pulang ke Indonesia.
Entah kenapa, dengan pergi ke Singapura, rasa nasionalisme saya sebagai WNI menjadi lebih besar. Setidaknya, perjalanan saya kali ini bisa saya bagi melalui blog. Sekaligus memberi kabar bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai cerita sejarah dan wisata yang jaaaauuuuh lebih potensial daripada Singapura.
Perjalanan saya ini juga terhitung agak “maksa” karena saya lakukan tepat sehari sebelum memasuki Bulan Ramadhan 1432 H. Sebelum berangkat, ada suara hati saya yang yang mengatakan bahwa saya sebaiknya tidak berangkat, lebih baik berdoa dan mengaji menyambut Bulan Ramadhan.
Tapi, ada seorang teman yang justru menyarankan saya untuk berangkat secepatnya. Karena Islam sangat menghargai orang yang melakukan perjalanan. Islam pun disebarluaskan oleh orang-orang yang sering melakukan perjalanan. Titik tonggak kebangkitan Islam pun dimulai saat Rasulullah saw hijrah ke Madinah. “Bungkuslah perjalananmu dengan niat untuk ibadah dan menambah iman”, kata teman saya. Kalimat itulah yang memantapkan hati saya untuk berangkat.
Inilah cerita saya selama melakukan perjalanan itu… . Terima kasih telah membacanya… =)
***
Saat ini, saya sudah berada di Batam dan menikmati kembali penatnya dunia kerja. Hehehe! Saya masih punya rencana untuk backpacking ke beberapa tempat, khususnya beberapa daerah di Sumatera. Jadiii… sampai ketemu lagi… (^____^)/
Capture VivaVlog upload

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ODP

Wawancara Kerja... .

Wajib Militer