Komentar Tentang Film "?"

Posting Kedelapan

Setelah membaca resensi yang bilang bahwa film “?” adalah film yang menjelek-jelekkan Banser NU dan mendangkalkan Islam, terbersit juga rasa penasaran. Akhirnya, sore ini saya nonton deh.
Setelah saya menontonnya… Well, memang benar bahwa yang ditulis oleh sang pe-resensi terdahulu tentang hal berikut cukup membuat kontroversi, yaitu:
  • Ada pemeluk Islam yang murtad,
  • Adegan perusakan restoran Tionghoa oleh kelompok muslim,
  • Adegan orang Islam yang masuk ke gereja dan aktif dalam kegiatan agama Katolik,
  • Orang Islam mengucapkan “Assalaamu’alaikum” kepada orang non-muslim,
  • Orang berjilbab melakukan sholat di tempat peribadatan yang sama dengan orang Kong Hu Chu.
Namun, bagi saya, lebih banyak sisi positif dibandingkan negatifnya. Seperti :
  • Film tersebut menunjukkan realita tentang masyarakat Indonesia yang lebih sering terlibat konflik daripada hidup rukun berdampingan.
  • Toleransi sangat dijunjung tinggi oleh beberapa tokoh seperti Tan Kat Sun (Henky Solaiman) dan Rika (Endhita) yang tetap menghargai orang lain bahkan keluarganya sendiri untuk menjalankan syariat menurut keyakinannya meski berbeda.
  • Pak Ustadz (David Chalik) mengingatkan definisi linguistik tentang Islam yaitu berserah diri. Memang, berdasarkan salah satu literatur tertulis : “Islam, arti utamanya adalah tenang, telah menunaikan kewajiban, memenuhi kedamaian yang sempurna. Arti lain adalah berserah diri pada Tuhan pencipta kedamaian. Kata benda yang diturunkan dari kata tersebut bermakna perdamaian, salam, keselamatan, dan penyelamatan (Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, Yogyakarta : Navila, 2008, hal. 2)”
  • Kesetiaan seorang istri untuk tetap mendampingi suami. Menuk (Revalina) yang tetap menerima suaminya, Soleh (Reza Rahardian), apa adanya meski seorang pengangguran, istri Tan Kat Sun yang tetap mendampingi suami meski kondisi sakit dan menerima anaknya, Ping Hen (Rio Dewanto) masuk Islam, lalu Rika (Endhita) yang tidak mau dimadu oleh suami dengan masuk agama katolik, karena ajaran agama tersebut konon tidak mengenal perceraian dan permaduan (saya tulis konon karena saya sendiri tidak begitu mengerti ajarannya. Kalau salah mohon dikoreksi… Hehehe!)
  • “Bisnis tidak hanya mencari untung”, kurang lebih itulah kata-kata Tan Kat Sun kepada anaknya.
  • Pimpinan agama yang diperankan oleh Pak Ustadz dan Pastor Katolik sangat menjunjung tinggi toleransi beragama.
  • Banser NU turut mengamankan prosesi ritual agama Nasrani di gereja.
Setelah menghitung dan menimbang-nimbang tentang kekurangan dan kelebihan film “?” ini, saya sebagai seorang penikmat film memberi nilai 8.00 dari 10.00 alias WAJIB TONTON, karena film ini punya “cerita”, tidak menonjolkan unsur nepsong dibungkus horor seperti film Indonesia lainnya. INGAT! Film ini bukan menceritakan tentang agama tertentu, tapi tentang 'umat beragama dan berbagai fenomenanya'.

Buat para kritikus film yang bilang Mas Hanung masih belum mengerti Islam sepenuhnya, Anda benar!!! Saya setuju! Mungkin saya tawarkan dua alternatif :
  1. Bikin film sendiri yang lebih bagus.
  2. Terus mendukung Mas Hanung supaya terus menyempurnakan film-nya di masa mendatang.
Saya sendiri, memilih alternatif kedua. Kreatifitas jangan dibunuh! Hidup Briptu Norman! (Lhoo?!?!)

Terus berkarya, Mas Hanung!!! (^o^)//

Sumber Gambar : www.kompasiana.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ODP

Wawancara Kerja... .

Wajib Militer